Berbicaratentang habib, Haidar Bagir, CEO Mizan Group, dalam akun twitternya yang kemudian ramai beredar dalam bentuk meme, menyatakan: "Habib bukan maqam kemuliaan, tapi maqam tanggung jawab terhadap terciptanya Islam yang rahmatan lil 'alamin." Tapi, dari mana sesungguhnya habib berasal? Habib merupakan kata dalam bahasa Arab H ubb, a h abba-yu h ibbu- h ubban.
๏ปฟUstaz Syed Abdillah bin Ahmad Al-Jufri 2/3/1938 โ€“ 4/1/2003 64 years of age A well-known and respected ulama, Ustaz Syed Abdillah was born on Wednesday, 2 March 1938 29 Zulhijjah 1356 in Singapore. He received his education at Madrasah Aljunied Al-Islamiah. Ustaz Syed Isa Semait, who was his contemporary, told this webmaster that Ustaz Syed Abdillah was a very intelligent student, who got promoted to a special class after the normal four years of secondary education. There were five students in his graduating cohort. Among them were Ustaz Abu Bakar Hashim and Ust Syed Isa Semait, the Mufti of Singapore. Unfortunately for Ustaz Syed Abdillah, due to lack of money, he could not afford to go overseas for his higher education. Ustaz Syed Abdillahโ€™s command of the Arabic language gained admiration from his peers and even though he was born in Singapore, native Yemenites were always impressed with his command of colloquial and classical Arabic, as though he had been born and raised in Yemen. This is due to the fact that after school hours, he helped out his uncleโ€™s textile shop, where the only spoken language was colloquial Yemeni Arabic. Ustaz Syed Abdillah applied for and obtained a position as a teacher with the Ministry of Education and in the early 1980s, he was tasked by the Ministry to set up the curriculum and write the textbook for Islamic Religious Knowledge. In that period this was set as a school subject, and was one of the components of Religious Studies introduced by the Ministry for the upper levels of secondary schools. Later, Ustaz Syed Abdillah worked at the Islamic Religious Council of Singapore Muis until 1997, and in 1999, he was appointed as President of the Singapore Religious Teachers and Scholars Association Pergas. In 2000, he was appointed as Principle of Madrasah Aljunied Al-Islamiah for one year. He was also one of the longest serving members of the Muis Fatwa Council, from the early 1970s to his death. A prolific writer, Ustaz Syed Abdillah authored, co-authored and translated many books and wrote numerous articles and Friday sermons. Among his published works are the following 1. Asas Agama Islam Pelajaran Tauhid & Fikah Book 1 โ€“ 6 2. Asas Agama Islam Pelajaran Akhlak & Sirah Book 1 โ€“ 6 3. Al Asas Fil Loghatil Arabiah Book 1 โ€“ 6 4. Hari Ini Dan Esok 5. Sejarah Nabi hingga kerajaan Abbasiyah 6. Ajarkan Anak-Anakmu Cintakan Rasulullah 7. Jalan Yang Dekat โ€“ Bagi Pengikut Jalan Rujuk Kepada Tuhan 8. Anugerah Tuhan โ€“ Dalam perkara kewajipan hamba kepada Tuhan 9. Anda Bertanya Saya Menjawab 10. Doa Dan Wirid 11. Pelita Al-Quran, Juz 30 12. Pelita Al-Quran, Al Baqarah 13. Pelitan Al-Quran, Al-Imran & An-Nisaa He died on Saturday, 4 January 2003 / 1 Zulqaedah 1423, at the age of 65. May Allah bless his soul.
Merekaitu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan - yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka.
Jika mendengar sebutan Maulid Simthud Durar, maka yang tergambar adalah bacaan yang di dalamnya selalu dimulai dengan bacaan โ€œYรข Rabbi shalliโ€. Iya, maulid ini memang diawali bacaan itu. Simthud Durar dibaca tak hanya oleh umat Islam di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia. Umumnya, ia dibaca pada Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad. Itulah momentum tepat untuk menghormati Rasulullah melalui cerita-cerita keteladanan dalam Simthud Durar tentang kepribadian, kemuliaan, dan keagungan Nabi Muhammad ๏ทบ. Biografi Singkat Penyusun Simthud Durar Maulid Simthud Durar cukup masyhur bagi kaum Muslimin di Indonesia. Hal itu tidak lepas dari penyusunnya yang sangat alim dan sangat besar kecintaannya kepada Baginda Nabi Muhammad ๏ทบ. Ia adalah Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Sang penulis lahir pada hari Jumat, 24 Syawal 1259 H 17 November 1843 M di kota Qasam, sebuah kota di negeri Hadramaut, Yaman, dan wafat di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabiโ€™ul Akhir 1333 H 6 Maret 1915 M. Sejak masih kecil, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi sudah dikenal sebagai pecinta Al-Qurโ€™an dan memiliki rasa cinta yang sangat besar kepada Rasulullah. Sayyidil Habib Ali al-Mantsur, dalam kitab Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah berkisah, saat masih sangat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai berbagai disiplin ilmu, sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya, yaitu Al-Arif billah Habib Muhammad bin Husin bin Abdullah al-Habsyi dan ibundanya, Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salehah yang sangat bijaksana. Tidak hanya kepada kedua orang tuanya, Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi juga belajar pada ulama yang lain di Hadhramaut saat itu. Setelah Habib Ali al-Habsyi sudah dewasa, dan sudah menguasai berbagai disiplin ilmu, guru-gurunya memberikan izin untuk menyampaikan dan menyebarluaskan ilmu yang dimilikinya. Ia mulai menjadi pendakwah dan mengisi pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat, Habib Ali menjadi pusat perhatian dan kekaguman, serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majelis ilmu, lembaga pendidikan, serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu. Lihat, Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 41. Banyak orang yang mencatat penyampaian Habib Ali ketika berdakwah sehingga berbuah karya, di antaranya adalah Al-Laโ€™its Tsamaniah, yaitu himpunan kalam hikmah dari Habib Ali al-Habsyi yang ditulis oleh Habib Anis bin Alawi. Tidak hanya itu, Habib Ali juga memiliki banyak karya yang sampai saat ini masih dibaca oleh umat Islam. Di antara karangannya yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, ialah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat, dan Riwayat Hidupnya. Penyusunan Maulid Simthud Durar tidak memiliki latar belakang secara khusus. Namun secara eksplisit, Habib Ali Al-Habsyi mengungkap niatnya yang lurus dan meyakini kehadiran Rasulullah di tempat-tempat dibacakannya maulid ini. Beliau mengatakan ุงู„ู…ูŽูˆู’ู„ูุฏู ุฃูŽู†ูŽุง ุฃูŽู„ู‘ูŽูู’ุชูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ููŠูŽุฉู ุตูŽุงู„ูุญูŽุฉูุŒ ููŽุชู’ุญู ุฌูŽุฏููŠู’ุฏูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุดูŽูƒู‘ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑููˆู’ุญูŽู‡ู ๏ทบ ุชูŽุญู’ุถูุฑู ุนูู†ู’ุฏูŽ ู‚ูุฑูŽุงุฆูŽุชูู‡ู Artinya, โ€œMaulid Simthud Durar yang saya susun ini atas dasar niat yang benar, media yang baru, dan tidak diragukan kembali bahwa sungguh ruh Rasulullah akan hadir saat membacanya.โ€ Lihat, Al-Jawahirul Maknunah wal Asrarul Makhzunah, h. 42. Komentar Ulama tentang Simthud Durar Maulid Simthud Durar mendapat banyak pujian dari para ulama lantara kandungan maknanya, salah satunya dari penulis kitab Syarah Simthid Durar. ุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ูุฏูŽูƒูู…ู’ ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุณู…ุท ุงู„ุฏุฑุฑ ุจูŽุฑูŽุฒูŒ ู„ูู„ู’ู…ูุชูŽุฃูŽุฎูู‘ุฑููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽูููŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุตูŽุงูู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŽุฉูุŒ ุฃูŽุธูู†ู‘ูู‡ูŽุง ุฎูุตููˆู’ุตููŠูŽุงุชู ุฃูุฎู’ุชูุตู‘ูŽ ุจูู‡ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุชูŽุฃูŽุฎูู‘ุฑููˆู’ู†ูŽ Artinya, โ€œSungguh maulidmu yang agung ini Simthud Durar menonjol untuk orang-orang akhir zaman, di dalamnya terdapat penjelasan sifat-sifat Rasulullah yang agung, dan akhlak yang mulia. Saya mengira bahwa Simthud Durar merupakan kekhususan yang hanya dikhususkan untuk masyarakat era belakangan iniโ€ Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthid Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, h. 390. Tidak hanya itu, menurut Habib Ali, Simthud Durar laksana hujan yang tidak diketahui di bagian mana letak keberkahannya. Begitu juga dengannya, semua bacaan sejak awal, tengah, dan akhir tidak bisa dibedakan, semuanya memiliki nilai kemuliaan yang besar. Oleh karenanya, bacaan-bacaan yang ada di dalamnya tidak bisa ditentukan di bagian mana letak kemuliaan dan keagungan serta berkahnya. Teks lengkap Simthud Durar dan bacaan-bacaan Maulid lainnya bisa diakses di NU Online Super App Android dan iOS. Instal sekarang! Maulid Simthud Durar ditulis dua tahun sebelum Habib Ali wafat. Tepatnya pada tahun 1330 H 1912 M. Setelah semuanya rampung, kemudian dibacakan dalam rumahnya bersama para habaib yang lain. Setelah pembacaan itu selesai, Habib Ali al-Mantsur berkata ูˆูŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู‚ูุฑูุฆูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู„ูุฏู ุจูุจูŽูŠู’ุชูู‡ู ุณูŽู†ูŽุฉูŽ ุฃู„ู ูˆุซู„ุงุซู…ุฆุฉ ูˆุซู„ุงุซูˆู† ู‡ู€ู€. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุถููŠ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุงู„ู…ูŽูˆู’ู„ูุฏู ูƒูŽุฃูŽู†ู’ ุนูŽุงุฏูŽ ู†ูŽุญู’ู†ู ุงู„ุง ุณูŽู…ูุนู’ู†ูŽุงู‡ูุŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู†ููˆู’ุฑูŒ ุนูŽุธููŠู’ู…ูŒุŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุนูุจูŽุงุฑูŽุฉู ุตูููŽุฉูŒ ู…ูŽู„ูŽุงู†ูŽุฉูŒ ุจูุชูŽุนู’ุธููŠู’ู…ูู‡ู ๏ทบ Artinya, โ€œSetelah maulid Simthud Durar dibaca di rumahnya, tahun 1330 H, Habib Ali al-Mantsur berkata Maulid Simthud Durar seperti mengembalikan kita semua pada zaman Rasulullah, maka dengarkanlah, di dalamnya terdapat cahaya yang mulia, dalam setiap ungkapan terdapat sifat yang sangat condong mengagungkan Rasulullah.โ€ Sayyid Ahmad bin Ali bin Alawi al-Habsyi, Syarah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wama Lahu min AkhlaqI wa Aushaf wa Siyar, halaman 391. Menurut Habib Ali al-Masntsur, dengan menghayati makna dan kandungan yang ada dalam Maulid Simthud Durar, pembaca dan orang-orang yang mendengarkannya bisa seolah ada pada zaman Rasulullah, dan menyaksikan langsung bagaimana cara Rasulullah bersikap, bagaimana cara Rasulullah bersabar ketika ditimpa ujian, bagaimana teladan Rasulullah, sifatnya yang mulia, dan akhlaknya yang agung. Timbulnya penghayatan sebagaimana penjelasan di atas, tidak lepas dari cara penyusunannya yang sangat rinci dan detail. Maulid Simthud Durar tak ubahnya seperti sejarah dan sirah nabawiyah lainnya, kecuali bentuk penyampaiannya saja. Habib Ali Al-Habsyi menyampaikan dengan ungkapan yang sangat syahdu, dengan cara yang sangat sistematis dan praktis. Keutamaan Simthud Durar yang lain juga disebutkan dalam kitab At-Taโ€™rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, dengan mengutip pesan penyusun perihal keutamaan membacanya, yaitu ู…ูŽูˆู’ู„ูุฏููŠ ู‡ูฐุฐูŽุง ุฃูŽุดู’ูˆูŽูู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูˆู’ ุฏูŽุงูˆูŽู…ูŽ ุงู„ูˆูŽุงุญูุฏู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูุฑูŽุงุฆูŽุชูู‡ู ูˆูŽุญููู’ุธูู‡ู ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽูˆู’ุฑูŽุงุฏูู‡ูุŒ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุธู’ู‡ูŽุฑูู‡ู ู„ูŽู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู…ูู†ู’ ุณูุฑูู‘ู‡ู ๏ทบ Artinya, โ€œMaulidku ini Simthud Durar sangat bermanfaat. Bahwa sesungguhnya, barang siapa yang tekun membacanya, menghafalnya, dan menjadikannya sebagai wirid, maka sungguh akan ditampakkan kepadanya rahasia sir Rasulullah ๏ทบ. Ada keutamaan lain dengan membaca Simthud Durar yang tidak kalah utama dengan yang telah disebutkan, yaitu menjadi penyebab futuh dibukanya kepahaman. Keutamaan ini terjadi pada Habib Umar bin Idrus al-Idrus. Suatu saat ia bermimpi, seolah ia sedang menceritakan kisah kedangkalan murid-muridnya dalam memahami kitab, kemudian ada orang yang memberikan petunjuk kepadanya, bahwa penyebab terbukanya ilmu ada dalam maulid Simthud Durar. Oleh karenanya, setelah ia terbangun dari mimpinya, ia berkata ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ู’ููŽุชู’ุญูŽุŒ ููŽู„ู’ูŠูŽุญู’ููŽุธู’ ุงู„ู…ูŽูˆู’ู„ูุฏูŽ ุฃูŽูˆู’ ูŠูŽูƒู’ุชูุจูŽู‡ู Artinya, โ€œBarang siapa yang hendak diberikan futuh, maka hafalkanlah maulid Simthud Durar, atau menulisnya.โ€ Habib Ahmad bin Alawi bin Ali bin Muhammad Al-Habsy, At-Taโ€™rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, h. 5. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa maulid Simthud Durar lebih dari sekadar buku kisah keteladan Nabi. Ia memiliki keutamaan, manfaat, dan berkah. Alangkah baiknya, ia dijadikan wirid yang selalu dibaca dengan istiqamah, sebab dengan membacanya akan mengetahui sejarah Rasulullah, sifatnya yang mulia, juga akan menjadi penyebab bertambahnya kecintaan kepada beliau. Waktu dan Tata Cara Pembacaannya Tak ada waktu khusus terkait pembacaan maulid Simthud Durar. Artinya, ia boleh dibaca di mana pun selain tempat-tempat yang kotor dan kapan pun. Sedangkan teknisnya adalah sebagai berikut, 1 membaca al-Fatihah dan dihadiahkan kepada Rasulullah 2 membaca al-Fatihah dan dihadiahkan kepada Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi penyusun, lalu disambung berikut ini ุงู„ูุงุชุญุฉ. ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุชู‘ูŽู‚ููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุซู‘ูŽุงุจูุชููŠู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽู…ู ุงู„ู’ู‚ูŽูˆููŠู’ู…ุŒ ูˆูŽูููŠ ุตูุญู’ุจูŽุฉู ุงู„ุฑู‘ูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ุŒ ูˆูŽูŠูŽุฏู’ุฎูู„ูู†ูŽุง ูููŠ ุญูุฒู’ุจู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ู…ููู’ู„ูุญููŠู’ู†ุŒ ูˆูŽูŠูŽู…ูู†ู‘ู ุจูุงู„ุดูู‘ููŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูุทู’ูู ู„ูŽู†ูŽุง ุฎูŽุงุตูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽู„ูุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ูู†ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุนูŽุงู…ู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุถููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุถููŠููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู‡ูŽุงุฏููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู…ูŽู‡ู’ุฏููŠููŠู’ู†ุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุญูŽุถูŽุฑูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุนูŽ ูŠูŽูƒู’ุชูุจูู‡ู ุงู„ู„ู‡ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุชู‘ูŽู‚ููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู’ู†ุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ ูŠูุญู’ูŠูู‰ ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆู’ุจูŽ ุจูู…ูŽุง ุฃูŽุญู’ูŠูŽุง ุจูู‡ู ู‚ูู„ููˆู’ุจูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููŠู’ู†ุŒ ูˆูŽูŠูŽูƒู’ุชูุจูู†ูŽุง ูููŠ ุฏููŠู’ูˆูŽุงู†ู ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ุงู„ู…ูุชู‘ูŽู‚ููŠู’ู†ุŒ ูˆูŽูŠูุซูŽุจู‘ูุชู ู‚ูู„ููˆู’ุจูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽู„ู’ุณูู†ูŽุชูŽู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐููƒู’ุฑูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุญูŽุจู‘ูŽุชูู‡ูุŒ ูˆูŽุงูู„ูŽู‰ ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงู„ูุงุชุญุฉ... Setelah pembacaan Al-Fatihah ini selesai, ia melanjutkan tata cara berikutnya sebagaimana yang sudah tertera dalam bacaan maulid Simthud Durar. Habib Ahmad bin Alawi, At-Taโ€™rif bil Maulid min Kalami Shahibil Maulid, halaman 5. Wallahu aโ€™lam bis shawab. Ustadz Sunnatullah, pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur. DiIbukota, Habib Saggaf pun menghidupkan majelis di Masjid Agung Bintaro. Krisis sosial-politik pasca jatuhnya Soeharto pada 19 Juni 1998, membuat Habib Saggaf memutuskan pindah ke Desa Warujaya, Parung, Bogor yang lebih tenang dibanding Jakarta. Ternyata, krisis ekonomi turut menghancurkan masyarakat Desa Warujaya. Al-Habib Idrus bin Salim Al-Jufri atau lebih dikenal dengan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua lahir di Tarim, Hadramaut, Yaman, 15 Maret 1892 โ€“ meninggal di Palu, Sulawesi Tengah, 22 Desember 1969 pada umur 77 tahun merupakan tokoh pejuang di Provinsi Sulawesi Tengah dalam bidang pendidikan agama Islam, sepanjang hidupnya, ulama yang akrab disapa Guru Tua ini dikenal sebagai sosok yang cinta ilmu. Tak hanya untuk diri sendiri, ilmu itu juga ia tularkan kepada orang lain. Salah satu wujud cintanya pada ilmu adalah didirikannya lembaga pendidikan Islam Alkhairaat sebagai sumbangsih nyata Guru Tua kepada agama islam. Alkhairaat dirikan di Palu, Sulawesi Tengah, kala usia Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri menginjak 41 tahun. Habib Idrus dianggap sebagai inspirator terbentuknya sekolah di berbagai jenis dan tingkatan di Sulawesi Tengah yang dinaungi organisasi Alkhairaat, dan terus berkembang di kawasan timur Indonesia. Pada tahun 2014, nama Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri juga diabadikan sebagai nama baru bandara Kota Palu dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelumnya, bandara kebanggaan Kota Palu bernama Bandara Mutiara atas pemberian dari presiden Soekarno, saat pertama kali dioperasikan 1954 dengan nama Bandara Masovu, namun kemudian berganti nama sejak 28 Februari 2014 setelah Menteri Perhubungan Evert Ernest Mangindaan membubuhkan tanda tangan di surat keputusan perubahan nama bandara Mutiara. Perubahan nama bandara itu juga untuk menghargai jasa serta perjuangan Sayyid Idrus bin Salim Aljufri dalam menyebarkan ajaran Islam di kawasan timur Indonesia. Disaksikan Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, dan pejabat Kementerian Perhubungan RI, para bupati/wali kota se-Sulawesi Tengah dan keluarga besar Alkhairaat meresmikan operasional serta mengukuhkan perubahan nama dari Bandara Mutiara Palu menjadi Bandara Mutiara SIS Sayid Idrus bin Salim Aljufri Palu. Tanda Kehormatan Masyarakat Kota Palu, khususnya suku Kaili, Walikota Palu dan Gubernur Sulawesi Tengah menginisiasi untuk mengangkat Habib Idrus bin Salim Aljufri sebagai Pahlawan Nasional. Longki Djanggola selaku Gubernur Sulawesi Tengah kemudian mengirimkan proposal pengusulan tersebut kepada Kementeriaan Sosial. Usulan ini kemudian diteruskan oleh Menteri Sosial kepada Presiden Republik Indonesia yang diwakili oleh Dewan Gelar. Namun status kewarganegaraan Habib Idrus bin Salim Aljufri membuat beliau tidak dapat diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Berdasarkan Keppres 53/TK/2010, Habib Idrus pun mendapatkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana. Bintang Mahaputra Adipradana, merupakan Tanda Kehormatan tertinggi setelah Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia. Bintang ini adalah Bintang Mahaputera Tingkat II. Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia dapat dianugerahkan kepada WNI dan WNA yang memenuhi persyaratan. Silsilah Sayid Idrus bin Salim bin Alwi bin Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim bin Husain bin Abdillah bin Syaikhan bin Alwi bin Abdullah At-Tarisi bin Alwi Al-Khawasah bin Abubakar Aljufri Al-Husain Al-Hadhramiy yang mempunyai jalur keturunan dari Sayyidina Husain bin Fatimah Az-Zahra Puteri Rasulullah SAW. Para guru Habib Idrus bin Salim Aljufri1. Al-Habib Muhsin bin Alwi Assegaf,2. Al-Habib Abdurrahman bin Alwi bin Umar Assegaf,3. Al-Habib Muhammad bin Ibrahim bilfaqih,4. Al-Habib Abdullah bin Husein bin Sholeh Al-Bahar,5. Al-Habib ldrus bin Umar Al-Habsyi, dan6. Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syathiri di Rubath Tarim. Diangkat sebagai Mufti dan Qadhi Pada bulan Syawwal 1334 H bertepatan dengan tahun 1916, ayahnya wafat. Habib Idrus kemudian memimpin lembaga pendidikan yang didirikan oleh ayahandanya. Dan pada tahun itu pula Habib ldrus diangkat oleh Sultan Mansur sebagai Mufti dan Qadhi di kota Taris, Hadramaut, untuk menggantikan posisi ayahnya, padahal usianya saat itu baru 25 Tahun. Amanah dan pencapaian itu mengisyaratkan bahwa beliau adalah orang yang berilmu pengetahuan luas dan berwibawa. Walau jabatan sudah di tangan, Idrus muda tak pernah silau dengan keduniawian. Ia tetap kritis terhadap lingkungan sosial di negerinya. Bahkan, ia rela melepas jabatan mufti ketika memilih jalan menentang imperialisme Inggris. Sikap itu pula yang kemudian membawanya datang untuk kali kedua ke Indonesia. Perjalanannya yang kedua pada tahun 1922 terjadi akibat perjuangan politiknya untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Hijrah ke Indonesia Perjalanannya ke Indonesia yang pertama kali ketika beliau berumur kurang lebih 17 tahun. Habib salim membawa Habib ldrus berlayar ke Indonesia tepatnya di kota Manado untuk menemui ibunya Syarifah Nur AI-Jufri serta Habib Alwi dan Habib Syekh yang merupakan kedua saudara kandung Habib ldrus yang telah terlebih dahulu hijrah ke Indonesia. Setelah beberapa waktu di Indonesia, Habib ldrus dan ayahnya kembali ke Hadramaut. Setibanya di Hadramaut, Habib ldrus mengajar di Madrasah yang dipimpin oleh ayah beliau. Dan Kemudian menikah dengan Syarifah Bahiyah dan dikaruniai tiga orang putra dan putri, yaitu Habib Salim, Habib Muhammad dan Syarifah Raguan. Semenjak tahun 1839 M Hadramaut berada dalam penjajahan lnggris. Beliau bersama sahabatnya Habib Abdurrahman bin Ubaidillah As-Saqqaf, keduanya merupakan tokoh agama dan wakil dari para ulama lain yang memelopori perjuangan kemerdekaan, mereka membenci penjajah dan sekutunya serta suasana kacau yang berkembang di Hadramaut khususnya wilayah Arab sebelah Utara secara keseluruhan. Keduanya bersepakat untuk menyalakan api perlawanan terhadap penjajah dan sekutunya dan mereka adalah orang yang pertama kali menghidupkan api tersebut. Mereka berpendapat bahwa berhubungan dengan Negara-negara Arab yang merdeka dan dunia luar adalah sesuatu yang amat penting untuk mengubah keadaan di dalam negeri sekaligus memerdekakan negara secara total. Dengan mengemban tugas politik yang sangat berbahaya itu, Maka Habib Idrus menyusun suatu rencana untuk tujuan menjelaskan keadaan negerinya kepada masyarakat Arab dan dunia secara keseluruhan dengan cara keluar melalui pelabuhan Aden selanjutnya ke Yaman dan Mesir. Beliau menyadari risiko yang dapat mengancam jiwanya, karena intelijen negara dan mata-mata pemerintahan Inggris terus memperhatikan gerak-geriknya terhadap langkah yang akan ditempuh nya akan tetapi perjalanan itu harus dilakukan. Rencana dan segala perlengkapan yang telah disiapkan dengan tepat dan matang serta penuh kehati-hatian tersebut, hampir membuahkan hasil jika tidak dibocorkan rahasianya oleh pengkhianat yang mengambil kesempatan untuk keuntungan pribadi. Beliau di tangkap tiba-tiba setelah sampai di pelabuhan Aden, kemudian dokumen-dokumen yang ada padanya dirampas serta mendapat larangan dari pemerintahan Inggris untuk keluar dari pelabuhan Aden untuk tujuan ke Negeri Arab akan tetapi diizinkan untuk kembali ke Hadramaut atau pergi ke Asia Tenggara. Maka beliau memutuskan untuk pergi ke Indonesia, sedangkan sahabatnya, Sayid Abdurrahman bin Ubaidillah Assagaf memilih kembali ke Mekkah. Pekalongan Beliau masuk ke Indonesia dan menetap di Pekalongan untuk beberapa waktu lamanya dan menikah dengan pasangan hidupnya Syarifah Aminah binti Thalib Al-Jufri dan bersama menikmati pahit manisnya kehidupan. Ketika itu beliau berdagang kain batik tetapi tidak mendapat kemajuan karena cintanya kepada dunia pendidikan melebihi dari segala-galanya. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua anak perempuan, Syarifah Luluโ€™ dan Syarifah Nikmah. Syarifah Luluโ€™ kemudian menikah dengan Sayyid Segaf bin Syekh AI-Jufri, yang salah seorang anaknya adalah Dr. H. Salim Segaf Al-Jufri, Menteri Sosial Indonesia ke-26 dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman Periode 2005-2009. Habib Idrus kemudian meninggalkan perdagangan dan beliau pindah ke Solo. Solo Di Solo, dengan dibantu oleh Sayid Ahmad bin Muhammad mantan muridnya di Hadramaut yang sudah lama mukim di Solo, mewujudkan niatnya untuk mendirikan madrasah yang diberi nama โ€œPerguruan Arrabithah Alawiyahโ€. Beliau dilantik sebagai Guru dan Kepala Sekolah di Madrasah Rabithah Al-Alawiyyah. Setelah beberapa tahun beliau pindah ke Jombang dan tinggal beberapa lama di sana. Jombang Pada tahun 1926, beliau pindah ke kota Jombang. Habib Idrus berkenalan dengan beberapa tokoh Islam di antaranya Hasjim Asyโ€™ari pendiri organisasi Nahdlatul Ulama NU di Jombang yang juga pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Pertemuan kedua tokoh ini menjalin persahabatan yang sangat baik, karena keduanya sama-sama pimpinan agama, terutama karena keduanya mempunyai ikatan pemahaman yang sama yakni sebagai penganut paham Imam Syafiโ€™I ahli sunnah wal-jamaah. Indonesia Timur Kemudian beliau memulai perjalanannya ke Timur Indonesia untuk memberi petunjuk dan berdakwah di jalan Allah. Antara lain di Maluku dan menetap untuk beberapa bulan lamanya sambil melakukan lawatan dan dakwah bebeberapa wilayah kecamatan seperti Bacan, Jailolo, Morotai, Patani, Weda, Kayoa dan sebagainya, selanjutnya ke Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Kalimantan dan Irian Barat. Beliau kemudian berlayar menuju Manado, atas ajakan kakak beliau Habib Alwi bin Salim Aljufri yang berada di Manado. Wani Awal kedatangan Habib Idrus di Wani, Kota Palu, Sulawesi Tengah dalam rangka memenuhi panggilan dari kakak beliau, Sayyid Alwi bin Salim Aljufri, untuk mengajar di Wani pada tahun 1929 M. Kehadiran Habib Idrus di Wani merupakan wujud dari keinginan masyarakat setempat yang ingin mengenal Islam lebih baik. Mereka pun bersama-sama mendirikan sebuah tempat yang digunakan untuk proses belajar-mengajar. Madrasah pendidikan ini diberi nama Al-Hidayah yang mana memiliki kesamaan dengan madrasah yang telah dibangun oleh dua bersaudara, Habib Ali Alhabsyi dan Habib Abdollah Alhabsyi di Tojo Una-Una, Ampana. Belanda mulanya memberikan izin pendirian madrasah Al-Hidayah namun ketika pecah pemberontakan Salumpaga di Toli-Toli, pihak Belanda kemudian menutup madrasah tersebut karena dianggap dapat mempengaruhi pemikiran rakyat. Bahkan beberapa murid Habib Idrus dituduh terlibat pemberontakan tersebut. Buku yang menjadi sorotan Belanda pada waktu itu adalah kitab Izhatun Nasyiโ€™in, karya Musthafa Al-Ghalayani. Lembah Palu Kota Palu Pada tahun 1930 M Habib Idrus pun pindah ke Kota Palu yang kala itu bernama โ€œCelebesโ€. Kehadiran Habib Idrus di Kota Palu merupakan wujud dari keinginan masyarakat setempat yang ingin mengenal Islam lebih baik. Habib Idrus menggunakan ruangan Toko Haji Quraisy di Kampung Ujuna sebagai ruangan belajar mengajar dan kemudian pindah ke rumah Almarhum Haji Daeng Maroca di Kampung Baru Depan Masjid Jami-Kampung Baru. Rupanya di Palu inilah memberikan inspirasi yang kuat untuk tinggal dan menetap dalam rangka melakukan dakwahnya setelah menyaksikan keadaan masyarakat yang masih sangat terbelakang dalam pemahaman ajaran Islam. Salah satu strategi yang digunakan agar cepat diterima masyarakat Palu, Sayid Idrus menerima saran dari beberapa tokoh masyarakat, Habib Idrus pun memutuskan untuk menikahi salah seorang bangsawan Puteri Kaili yang juga merupakan sosok perempuan yang sangat berperan dalam pengembangan Yayasan Alkhairaat Pusat. Dengan ketetapan hati dan petunjuk dari Allah SWT pada tahun 1931 M Habib Idrus pun menikahi Ince Ami Dg. Sute. Dari perkawinan ini beliau dikaruniai dua orang puteri, Syarifah Sidah Aljufri dan Syarifah Saโ€™diyah Aljufri. Habib Idrus kemudian menikahkan kedua puterinya dengan dua orang murid kesayangannya yaitu, Habib Ali bin Husein Alhabsyi dinikahkan dengan Syarifah Sidah binti Idrus Aljufri dan Habib Idrus bin Husein Alhabsyi dinikahkan dengan Syarifah Sadiyah binti Idrus Aljufri. Hj. Syarifah Sidah binti Idrus bin Salim AljufriHj. Syarifah Sadiyah binti Idrus bin Salim Aljufri Ampana Kabupaten Tojo Una-Una Keberadaan para habaib di daerah-daerah di Sulawesi Tengah juga turut membantu perkembangan Madrasah Alkhairaat, salah satunya adalah keluarga Alhabsyi yang berada Ampana Kabupaten Tojo Una-Una. Ketika berada di Ampana Habib Idrus memutuskan untuk menikahi saudara dari kedua menantunya yaitu, Syarifah Haolah binti Husein Alhabsyi. Pernikahan ini pun menjadikan status Habib Idrus sebagai besan dan menantu dari Habib Husein bin Ali Alhabsyi ayah dari Habib Ali bin Husein Alhabsyi dan Habib Idrus bin Husein Alhabsyi. Sebelum berdirinya Alkhairaat di Lembah Palu Kota Palu, di Ampana telah berdiri madrasah pendidikan Islam yang bernama Al-Hidayah. Madrasah Al-Hidayah didirikan oleh Habib Abu Bakar Asshofi Alhabsyi dan berpusat di Makassar, yang kemudian diteruskan oleh kedua puteranya yaitu, Habib Ali Alhabsyi dan Habib Abdollah Alhabsyi. Madrasah Al-Hidayah yang mempunyai puluhan cabang di wilayah Kabupaten Tojo Una-Una kemudian di wakafkan oleh Habib Ali Alhabsyi dan Habib Abdollah Alhabsyi kepada Habib Idrus untuk melebur menjadi madrasah Alkhairaat. Toima Kabupaten Banggai Perjalanan Habib Idrus dalam mengembangkan madrasah Alkhairaat kemudian berlanjut ke Kecamatan-Kecamatan, dan Desa-Desa di Kabupaten Banggai Luwuk, Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Di Toima, jauh sebelum kedatangan Habib Idrus di Sulawesi Tengah, telah datang Habib Husein bin Jafar Alhabsyi atau yang dikenal oleh masyarakat sekitar dengan julukan โ€œPaisa Miring,โ€ artinya โ€œBatu Nisan Yang Miring.โ€ Habib Husein bin Jafar Alhabsyi sendiri adalah kakek mertua dari Habib Husein bin Ali Alhabsyi mertua Habib Idrus atau ayah dari kedua menantunya. Kedekatan Habib Idrus dengan keturunan Habib Husein bin Jafar Alhabsyi yang tersebar di Provinsi Sulawesi Tengah, Gorontalo, Manado, Maluku dan Maluku Utara, sangat membantu proses pengembangan madrasah Alkhairaat di Indonesia Timur. Habib Idrus Wafat Habib Idrus tidak meninggalkan karangan kitab, namun karya besarnya adalah AI-Khairaat dan murid-muridnya yang telah memberikan pengajaran serta pencerahan agama kepada umat. Mereka para murid-murid AI-Khairaat menyebar di seluruh kawasan Indonesia untuk meneruskan perjuangan sang Pendidik yang tak kenal putus asa ini. Salah satu murid beliau yang melanjutkan dakwahnya adalah Ustad Abdullah Awadh Abdun, yang hijrah dari kota Palu ke Kota Malang untuk berdakwah dan mendidik para muridnya dengan mendirikan pesantren Daarut Tauhid di Kota Malang. Tahun 1968, Habib Idrus mengalami sakit parah, selama delapan bulan beliau meminum jus kurma. Walaupun dalam keadaan sakit, ia tetap menjalankan majelis mengajar setiap waktu. Masih dalam suasana ldul Fitri, sakit parah yang telah lama diderita Habib ldrus kembali kambuh. Bertambah hari sakitnya semakin berat. Maka, Guru, Ulama dan Sastrawan itu wafat, pada hari senin 12 Syawwal 1389 H betepatan dengan 22 Desember 1969 M. sebelum menjelang detik-detik kewafatannya, Habib Idrus sudah mewasiatkan tentang siapa saja yang memandikan jenazah, imam shalat jenazah, tempat pelaksanaan shalat jenazah, siapa yang menerima jenazah di liang lahat, muadzin di liang lahat, sampai yang membaca talqin di kubur. Habib Idrus telah mempertaruhkan seluruh hidupnya dalam mengarungi perjalanan panjang dengan berbagai sarana ke kepulauan di sekitar Sulawesi dan Maluku untuk menyiarkan pengetahuan Islam. Beliau berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain menggunakan perahu sampan, gerobak sapi dan kendaraan lainnya bahkan dengan berjalan kaki dengan bermacam risiko, tantangan dan bahaya yang selalu mengancam di setiap saat. Akan tetapi Guru Tua selalu merasakan kenikmatan di antara pertaruhan jiwanya dan beliau rela memberikan apa saja meski jiwanya sekalipun. Ketabahannya dalam mengarungi pelayaran itu sampai berbulan-bulan lamanya. Dan kadang-kadang perjalanan itu ditempuh dengan berjalan kaki jika tidak mendapatkan alat-alat transportasi. Hingga akhir hayatnya, Habib Idrus berhasil membangun 420 madrasah yang tersebar di seluruh wilayah Palu. Sumber1. Wikipedia2. Dg Siame, Norma, Hj 2012, โ€œPerjuangan Sayid Idrus bin Salim Al-Jufri di Bidang Pendidikan Islam Sulawesi Tengahโ€3. Pettalongi, Saggaf S. 2015. โ€œEducation Management Analysis of Sayid Idrus Bin Salim Aljufri to Develop Education Institutions 1930-1969 Case Study on Education Institute Alkhairaat Palu-Indonesiaโ€4. Nur, Minan 2016. โ€œPengembangan Dakwah AlKhairaat di Kota Paluโ€ AlKhairaat Daโ€™wah Development in Palu Wawancara Syarifah Sadiyah Aljufri Anak Habib Idrus bin Salim Aljufri Lihat Juga Sejarah Ince Ami
Dalamhajatan yang dihadiri juga Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat Palu, Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Jufri, Gubernur Maluku Utara KH. Abdul Gani Kasuba (AGK), Wali Kota Ternate, Muhammad Tauhid Soleman, dan Danrem/152 Baabullah Ternate tersebut, Gubernur AGK dengan penuh semangat mengatakan, kalau tidak ada tantangan berarti itu bukan
AlHabib Ali Al Jufri. Kata-kata bijak dan mutiara kehidupan berikutnya terkait hubungan antar sesama manusia ialah seperti yang tertera pada kutipan di atas. Ungkapan itu mengandung himbauan agar Anda tidak membalas dendam terhadap seseorang yang pernah menyakiti. Daripada memikirkan soal balas dendam, lebih baik bersabar. TIMESINDONESIA MALANG - Haul Akbar Maha guru Ustadzil Imam Al-Habr Al-Qutub Al-Habib Abdul Qodir bin Akhmad Bilfaqih Al-Alawy R.A, akan digelar di Kota Malang, 10-11 Maret 2018. Ribuan jemaah dari berbagai daerah, sudah mulai berdatangan ke Kota Malang sejak Jumat (9/3/2018). Di pemakaman Habib Abdul Qodir Bilfaqih dan Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih, di Kasin, Kota Malang sudah Suatumalam di negeri Mesir, Habib Ali Al-Jufri menuturkan kisah Tragedi Karbala. Peristiwa yang menjadi noda hitam dalam sejarah Islam. Peristiwa yang mengakibatkan cucu Rasulullah SAW Imam Husain, dan hampir seluruh anggota keluarganya, dibunuh .
  • xxlsdb48ir.pages.dev/32
  • xxlsdb48ir.pages.dev/102
  • xxlsdb48ir.pages.dev/85
  • xxlsdb48ir.pages.dev/108
  • xxlsdb48ir.pages.dev/73
  • xxlsdb48ir.pages.dev/304
  • xxlsdb48ir.pages.dev/19
  • xxlsdb48ir.pages.dev/351
  • xxlsdb48ir.pages.dev/6
  • kata mutiara habib ali al jufri